Selasa, 29 November 2011

JENIS DATA DAN SUMBER DATA
A.      JENIS-JENIS DATA PENELITIAN
                Jenis-jenis data penelitian dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu, data ratio, data interval, data ordinal, dan data nominal :
1.       Data ratio
Data ratio merupakan jenis data statistik yang menempati posisi tertinggi dibandingkan dengan jenis data statistik lain. Data ratio adalah data yang diperoleh dengan cara melalui pengukuran, dimana jarak dua titik pada skala diketahui dari alat ukurnya, dan menggunakan titik 0 (nol) yang absolut, sehingga dapat dibandingkan.
Contoh data ratio:
a.       Data statistik tentang lama pendidikan (A= 9 tahun, B= 6 tahun, dan C= 3 tahun).
b.      Data statistik tentang penghasilan (A=6.000.000.-/bulan, B=4.000.000,-/bulan dan C= 2.000.000,-/bulan).
Data diatas dapat dibandingkan. Misalnya lama belajar A tiga kali lebih lama dibandingkan C. penghasilan B dua kali lebih banyak dibandingkan C. sehingga salah satu ciri data ratio adalah data bisa dibandingankan.
2.       Data interval
Data interval adalah data statistik yang mempunyai jarak yang sama di antara hal-hal yang sedang diselidiki. Ciri khas data interval adalah:
a.       Satuan ukurannya mempunyai skala yang sama.
b.      Antar kategori dapat diketahui selisihnya.
c.       Menggunakan titik 0 (nol) tidak mutlak.
d.      Data interval tidak dapat dibandingkan.[1]
Contoh data interval:
a.       Data tentang suhu air (air A= 10oC, air B= 75oC, air C= 50oC dan air D=0oC)
b.      Data tentang nilai hasil belajar (A nilainya 80, B nilainya 40, C nilainya 0)
Data di atas tidak dapat dibandingkan, tidak bisa kita katakan suhu air A dua kali lebih tinggi dari suhu air C, air D tidak bersuhu. A dua kali lebih pandai dari b. C tidak punya pengetahuan sama sekali.
3.       Data Ordinal
Data ordinal adalah data statistik yang diurutkan dari jenjang yang paling rendah sampai ke jenjang yang paling tinggi atau sebaliknya dari jenjang yang paling tinggi sampai yang paling rendah, dan dalam bentuk kategori atau klasifikasi.
 Data ordinal juga sering disebut data urutan, yaitu data statistik yang cara menyusun angkanya didasarkan atas urutan kedudukan (rangking).[2] Ciri data ordinal adalah:
a.       Posisi data tidak setara
b.      Tidak bisa dilakukan operasi matematika
contoh data ordinal adalah:
a.       Data statistik tentang kemampuan akademik (pintar, sedang, bodoh)
b.      Data statistik tentang kepuasan menggunakan produk (sangat puas, puas, cukup puas, tidak puas, dan sangat tidak puas).

4.       Data Nominal
Data nominal disebut juga data diskrit atau data kategorik, yaitu data statistik yang cara penyusunannya diklasifikasikan dalam beberapa kategori saling lepas dan tuntas, masing-masing kategori ini mempunyai kedudukan yang setara.
Data nominal juga sering disebut data hitungan. Dikatakan demikian karena angka itu diperoleh dengan cara menghitung.[3]
Data nominal termasuk data yang memiliki tingkat yang paling rendah dibandingkan dengan jenis data statistik yang lain. contoh data nominal adalah:
a.       Data tentang jenis kelamin (laki-laki = 20 orang, perempuan = 30 orang)
b.      Data tentang penganut agama(islam = 100 orang, kristen = 20 orang, hindu = 2 orang dan Budha = 3 orang).
Jenis data statistik diatas dapat diurutkan sesuai dengan tingkatannya. Sebaiknya dalam memilih jenis data usahakanlah menggunakan data yang memiliki tingkatan yang paling tinggi. Karena hal ini juga menyangkut kualitas hasil analisis. Data statistik dapat diubah dan satu jenis data kepada jenis data yang lain. jenis  data yang tinggi dapat diubah menjadi jenis data yang lebih rendah, namun jenis data yang rendah tidak dapat diubah menjadi lebih tinggi.
B.       SUMBER DATA PENELITIAN
                Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara kuantitatif ataupun kualitatif. Sumber data yang bersifat kualitatif  didalam penelitian diusahakan tidak bersifat subjektif, oleh sebab itu perlu diberi peringkat bobot.
Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Bila dalam pengumpulan data menggunakan kuisioner atau wawancara maka sumber datanya adalah responden. Bila dalam pengumpulan data menggunakan observasi maka sumber datanya adalah benda, gerak atau proses sesuatu. Bila dalam pengumpulan data menggunakan dokumen maka sumber datanya adalah dokumen dan catatan.
Sumber data statistik dapat diperoleh dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda, dan gejala atau peristiwa yang terjadi disekitar kita. Data dapat dikumpulkan langsung oleh peneliti dari pihak yang bersangkutan atau disebut juga sumber primer, atau data diperoleh dari pihak lain (pihak ke dua) atau disebut juga sumber sekunder.
Dibawah ini diberikan contoh tentang sumber data.
1.       Sumber data dalam bentuk benda nyata antara lain:
a.       Barang hidup misalnya: manusia, hewan, tumbuhan
b.      Barang mati misalnya: rumah, sepeda, saluran irigasi, jembatan, pesawat.

2.       Sumber data dalam bentuk abstrak antara lain:
a.       Perasaan, kepercayaan
b.      Kekuatan supra natural

3.       Sumber data dalam bentuk peristiwa / gejala antara lain:
a.       Gejala alami misalnya: tanah longsor, banjir, gerhana matahari.
b.      Gejala non alami misalnya: meningkatnya kenakalan remaja, meningkatnya persatuan dan kesatuan bangsa, budaya membaca pada anak.

4.       Sumber data kuantitatif:
Sumber data kuantitatif adalah sumber data yang mampu disuguhkan dalam bentuk angka-angka. Sumber data yang demikian akan sangat menguntungkan didalam pekerjaan analisis, karena secara langsung dapat diterapkan metode analisis disamping lebih bersifat objektif.
Contoh: selama tahun 2002 pada kwartal pertama di pulau jawa terjadi peristiwa gempa bumi 20 kali, banjir 5 kali dan kebakaran hutan 2 kali.

5.       Sumber data kualitatif
Sumber data kualitatif adalah sumber data yang disuguhkan dalam bentuk dua parameter “abstrak”, misalnya: banyak-sedikit, tinggi-rendah, tua-muda, panas-dingin, situasi aman-tidak aman, laba-nirlaba.
Agar data tersebut dpat dianalisis dengan metode statistik maka data kualitatif harus ditransformasikan menjadi data yang bersifat kuantitatif. Agar usaha mentransformasikan nilai tersebut terlepas/bebas dari subyektifitas diperlukan penguasaan bidang ilmu yang bersangkutan.
Contoh: suatu kasus pencurian sepeda motor dikatakan kecil apabila jumlah pencurian antara 1-4 tiap hari, dikatakan besar apabila pencurian antara 5-10 tiap hari.[4]



REFERENSI

Hartono. 2011.  metodologi penelitian. Pekanbaru: Zanafa publishing.
Sukandarrumidi. 2006. metodologi penelitian. Yogyakarta: gadjah mada university press.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo persada.




[1][1] Hartono,2011,Metodologi Penelitian,Pekanbaru,Zanafa Publishing,Hal:36-37
[2] Prof.Drs.Anas Sudijono,2009,Pengantar Statistik pendidikan,PT RajaGrafindo Persada, Hal: 16
[3] Ibid, Hal:16
[4] Sukandarrumidi,2006,metodologi  penelitian,Yogyakarta,Gadjah Mada University Press, Hal:45-46
POPULASI DAN SAMPEL
Menentukan populasi dan sampel yang dapat digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digenaralisasikan (kesimpulan data sampel unutk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai sumber data harus reperesentatif secara random sampai jumlah tertentu.
A.     Populasi
Sugiyono (2002:57) memberikan pengertian bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Nazir (1983:327) mengatakan bahwa: “populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.” Nawawi (1985:141) menyebutkan bahwa: “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karateristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.” Riduwan (2002:3) mengatakan bahwa, “populasi adalah keseluruhan dari karateristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.” Sedangkan Hartono (2011:46) mengatakan bahwa: “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.”
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa: populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dengan karateristik tertentu ada yang jumlahnya terhingga dan ada yang tidak terhingga. Penelitian hanya dapat dilakukan pada populasi yang jumlahnya terhingga saja.
1.      Populasi terhingga (terbatas)
Populasi terhingga adalah mempunyai sumber data yang jelas batas nya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
2.      Populasi tak terhingga
Populasi tak terhingga yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam jumlah.

            Berdasarkan sifatya, populasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1.      Populasi homogen
2.      Populasi heterogen[1]
Penelitian biasanya dilakukan tidak pada semua populasi, hal ini mengingat terbatasnya waktu, biaya dan tenaga. Sehingga penelitian dilakukan hanya pada sebagaian dari populasi saja, yang disebut dengan sampel.
B.      Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diperoses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunkaan sampel mewakilinya. Hal ini sampel harus representatif disamping itu peneliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling, dan karateristik populasi dan sampel.
Penelitian sampel hanya dapat dilakukan apabila keadaan populasinya benar-benar homogen. Bila subyek tidak homogen maka hasil penelitian sampel tidak dapat digeneraliasasikan pada populasi.
Keuntungan penelitian sampel adalah;
a.      Peneliti tidak repot harus meneliti populasi cukup hanya meneliti sampelnya saja.
b.      Populasi yang terlalu besar memungkinkan ada subyek yang bisa tercecer atau luput dari peneliti pada saat diambil datanya.
c.       Lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga.
d.      Menghindari hal-hal destruktif, misalnya meneliti tentang kemampuan daya ledak peluru kendali.
e.      Peneliti tidak bisa dilakukan dengan menggunakan populasi sebagai sumber data.[2]

C.      Teknik Sampling
Teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemkian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat diwakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Langkah-langkah yang harus ditempuh sebelum mengambil sampel adalah sebagai berikut;
a.      Menentukan tujuan penelitian, tujuan penelitian berkaitan erat denagn sampel yang akan digunakan.
b.      Menentukan populasi penelitian.
c.       Menentukan jenis data yang akan dibutuhkan.
d.      Menentukan taraf arti atau tingkat kepercayaan (level of signifacance) yang digunakan.
e.      Menentukan metode penelitian.
f.        Menentuan unit sampel yang diperlukan.
g.      Memilih sampel.[3]
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu;
1.      Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, sampel random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random, samplng area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
2.      Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.[4]
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1991:135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”
D.     Ukuran Sampel
Besarnya jumlah sampel yang harus diambil dari populasi dalam suatu kegiatan penelitian sangat tergantung dari keadaan populasi itu sendiri, semakin homogen keadaan populasinya maka jumlah sampel makin sedikit, sebaliknya semakin heterogen keadaan populasinya maka jumlah sampel semakin besar.[5] Dalam penelitian deskriptif ada yang berpendapat bahwa jumlah sampel minimal 15% atau 20%. Penetapan angka persentase tersebut dapat dipedomani jika populasi benar-benar homogen. Namun bila populasinya sangat heterogen maka perlu dipertimbangkan lagi menggunakan 15% atau 20%.
Penetapan ukuran sampel dari populasi juga dapat menggunakan rumus Slovin, dimana penetapan sampel mempertimbangkan batas ketelitian yang dapat mempengaruhi kesalahan pengambilan sampel populasi. Rumus Slovin tersebt adalah sebagai berikut:
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan
Penentuan jumlah sampel juga dipegaruhi oleh disain awal sebuah penelitian. Misalnya sebuah penelitian yang menggunakan hipotesis, dimana penetapan taraf signifikansi menerima atau menolak hipotesis akan menentukan jumlah sampel yang akan digunakan. Taraf signifikansi 1% atau alfa 0,01 berbeda jumlah sampelnya jika menggunakan taraf signifikansi 5% atau alfa 0,05 semakin kecil taraf signifikansinya maka jumlah sampel semakin besar. Sebaliknya semakin besar taraf signifikansinya (kesalahan semakin besar) maka sampel semakin kecil. Bila teknik pengambilan sampelnya menggunakan proporsional maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana:
n = jumlah sampel minimal
p = proporsisi kelompok pertama
q = proporsisi kelompok kedua = (1-p)
   = taraf signifikansi
Z1/2 = nilai z tabel

E.      Error Sampling
Error sampling terjadi disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang tidak lengkap tentang populasi dan penelitian hanya dilakukan berdasarkan sampel. Jelas bahwa penelitian terhadap sampel yang diambil dari populasi dan penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua penelitian dilakukan dengan prosedur yang sama, tetapi hasilnya akan berbeda. Perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang akan dicpaai jika prosedur yang sama digunakan dalam sensus (populasi) dinamakan kesalahan sampling (error sampling). Para ahli statistika telah berusaha untuk mengukur dan memepertimbangkan kesalahan  ini supaya dapat dikontrol. Adapun cara untuk dpat melakukannya ialah dengan jalan mengambil sampel berdasarkan sampel acak dan memperbesar ukuran sampel.




[1] Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, Bandung, ALFABETA, 2010

[2] Hartono, Metodologi Penelitian, Pekanbaru, Zanafa Publishing, 2011

[3] Hartono, Metodologi Penelitian, Pekanbaru, Zanafa Publishing, 2011

[4] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, ALFABETA, 2009
[5] Hartono, Metodologi Penelitian, Pekanbaru, Zanafa Publishing, 2011

POPULASI DAN SAMPEL
Menentukan populasi dan sampel yang dapat digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digenaralisasikan (kesimpulan data sampel unutk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai sumber data harus reperesentatif secara random sampai jumlah tertentu.
A.     Populasi
Sugiyono (2002:57) memberikan pengertian bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Nazir (1983:327) mengatakan bahwa: “populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.” Nawawi (1985:141) menyebutkan bahwa: “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karateristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.” Riduwan (2002:3) mengatakan bahwa, “populasi adalah keseluruhan dari karateristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.” Sedangkan Hartono (2011:46) mengatakan bahwa: “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.”
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa: populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dengan karateristik tertentu ada yang jumlahnya terhingga dan ada yang tidak terhingga. Penelitian hanya dapat dilakukan pada populasi yang jumlahnya terhingga saja.
1.      Populasi terhingga (terbatas)
Populasi terhingga adalah mempunyai sumber data yang jelas batas nya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
2.      Populasi tak terhingga
Populasi tak terhingga yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam jumlah.

            Berdasarkan sifatya, populasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1.      Populasi homogen
2.      Populasi heterogen[1]
Penelitian biasanya dilakukan tidak pada semua populasi, hal ini mengingat terbatasnya waktu, biaya dan tenaga. Sehingga penelitian dilakukan hanya pada sebagaian dari populasi saja, yang disebut dengan sampel.
B.      Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diperoses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunkaan sampel mewakilinya. Hal ini sampel harus representatif disamping itu peneliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling, dan karateristik populasi dan sampel.
Penelitian sampel hanya dapat dilakukan apabila keadaan populasinya benar-benar homogen. Bila subyek tidak homogen maka hasil penelitian sampel tidak dapat digeneraliasasikan pada populasi.
Keuntungan penelitian sampel adalah;
a.      Peneliti tidak repot harus meneliti populasi cukup hanya meneliti sampelnya saja.
b.      Populasi yang terlalu besar memungkinkan ada subyek yang bisa tercecer atau luput dari peneliti pada saat diambil datanya.
c.       Lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga.
d.      Menghindari hal-hal destruktif, misalnya meneliti tentang kemampuan daya ledak peluru kendali.
e.      Peneliti tidak bisa dilakukan dengan menggunakan populasi sebagai sumber data.[2]

C.      Teknik Sampling
Teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemkian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat diwakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Langkah-langkah yang harus ditempuh sebelum mengambil sampel adalah sebagai berikut;
a.      Menentukan tujuan penelitian, tujuan penelitian berkaitan erat denagn sampel yang akan digunakan.
b.      Menentukan populasi penelitian.
c.       Menentukan jenis data yang akan dibutuhkan.
d.      Menentukan taraf arti atau tingkat kepercayaan (level of signifacance) yang digunakan.
e.      Menentukan metode penelitian.
f.        Menentuan unit sampel yang diperlukan.
g.      Memilih sampel.[3]
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu;
1.      Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, sampel random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random, samplng area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
2.      Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.[4]
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1991:135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”
D.     Ukuran Sampel
Besarnya jumlah sampel yang harus diambil dari populasi dalam suatu kegiatan penelitian sangat tergantung dari keadaan populasi itu sendiri, semakin homogen keadaan populasinya maka jumlah sampel makin sedikit, sebaliknya semakin heterogen keadaan populasinya maka jumlah sampel semakin besar.[5] Dalam penelitian deskriptif ada yang berpendapat bahwa jumlah sampel minimal 15% atau 20%. Penetapan angka persentase tersebut dapat dipedomani jika populasi benar-benar homogen. Namun bila populasinya sangat heterogen maka perlu dipertimbangkan lagi menggunakan 15% atau 20%.
Penetapan ukuran sampel dari populasi juga dapat menggunakan rumus Slovin, dimana penetapan sampel mempertimbangkan batas ketelitian yang dapat mempengaruhi kesalahan pengambilan sampel populasi. Rumus Slovin tersebt adalah sebagai berikut:
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan
Penentuan jumlah sampel juga dipegaruhi oleh disain awal sebuah penelitian. Misalnya sebuah penelitian yang menggunakan hipotesis, dimana penetapan taraf signifikansi menerima atau menolak hipotesis akan menentukan jumlah sampel yang akan digunakan. Taraf signifikansi 1% atau alfa 0,01 berbeda jumlah sampelnya jika menggunakan taraf signifikansi 5% atau alfa 0,05 semakin kecil taraf signifikansinya maka jumlah sampel semakin besar. Sebaliknya semakin besar taraf signifikansinya (kesalahan semakin besar) maka sampel semakin kecil. Bila teknik pengambilan sampelnya menggunakan proporsional maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana:
n = jumlah sampel minimal
p = proporsisi kelompok pertama
q = proporsisi kelompok kedua = (1-p)
   = taraf signifikansi
Z1/2 = nilai z tabel

E.      Error Sampling
Error sampling terjadi disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang tidak lengkap tentang populasi dan penelitian hanya dilakukan berdasarkan sampel. Jelas bahwa penelitian terhadap sampel yang diambil dari populasi dan penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua penelitian dilakukan dengan prosedur yang sama, tetapi hasilnya akan berbeda. Perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang akan dicpaai jika prosedur yang sama digunakan dalam sensus (populasi) dinamakan kesalahan sampling (error sampling). Para ahli statistika telah berusaha untuk mengukur dan memepertimbangkan kesalahan  ini supaya dapat dikontrol. Adapun cara untuk dpat melakukannya ialah dengan jalan mengambil sampel berdasarkan sampel acak dan memperbesar ukuran sampel.




[1] Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, Bandung, ALFABETA, 2010

[2] Hartono, Metodologi Penelitian, Pekanbaru, Zanafa Publishing, 2011

[3] Hartono, Metodologi Penelitian, Pekanbaru, Zanafa Publishing, 2011

[4] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, ALFABETA, 2009
[5] Hartono, Metodologi Penelitian, Pekanbaru, Zanafa Publishing, 2011