POPULASI DAN SAMPEL
Menentukan populasi dan sampel yang dapat digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digenaralisasikan (kesimpulan data sampel unutk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai sumber data harus reperesentatif secara random sampai jumlah tertentu.
A. Populasi
Sugiyono (2002:57) memberikan pengertian bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Nazir (1983:327) mengatakan bahwa: “populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.” Nawawi (1985:141) menyebutkan bahwa: “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karateristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.” Riduwan (2002:3) mengatakan bahwa, “populasi adalah keseluruhan dari karateristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.” Sedangkan Hartono (2011:46) mengatakan bahwa: “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.”
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa: populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dengan karateristik tertentu ada yang jumlahnya terhingga dan ada yang tidak terhingga. Penelitian hanya dapat dilakukan pada populasi yang jumlahnya terhingga saja.
1. Populasi terhingga (terbatas)
Populasi terhingga adalah mempunyai sumber data yang jelas batas nya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
2. Populasi tak terhingga
Populasi tak terhingga yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam jumlah.
Berdasarkan sifatya, populasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Populasi homogen
2. Populasi heterogen[1]
Penelitian biasanya dilakukan tidak pada semua populasi, hal ini mengingat terbatasnya waktu, biaya dan tenaga. Sehingga penelitian dilakukan hanya pada sebagaian dari populasi saja, yang disebut dengan sampel.
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diperoses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunkaan sampel mewakilinya. Hal ini sampel harus representatif disamping itu peneliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling, dan karateristik populasi dan sampel.
Penelitian sampel hanya dapat dilakukan apabila keadaan populasinya benar-benar homogen. Bila subyek tidak homogen maka hasil penelitian sampel tidak dapat digeneraliasasikan pada populasi.
Keuntungan penelitian sampel adalah;
a. Peneliti tidak repot harus meneliti populasi cukup hanya meneliti sampelnya saja.
b. Populasi yang terlalu besar memungkinkan ada subyek yang bisa tercecer atau luput dari peneliti pada saat diambil datanya.
c. Lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga.
d. Menghindari hal-hal destruktif, misalnya meneliti tentang kemampuan daya ledak peluru kendali.
e. Peneliti tidak bisa dilakukan dengan menggunakan populasi sebagai sumber data.[2]
C. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemkian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat diwakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Langkah-langkah yang harus ditempuh sebelum mengambil sampel adalah sebagai berikut;
a. Menentukan tujuan penelitian, tujuan penelitian berkaitan erat denagn sampel yang akan digunakan.
b. Menentukan populasi penelitian.
c. Menentukan jenis data yang akan dibutuhkan.
d. Menentukan taraf arti atau tingkat kepercayaan (level of signifacance) yang digunakan.
e. Menentukan metode penelitian.
f. Menentuan unit sampel yang diperlukan.
g. Memilih sampel.[3]
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu;
1. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, sampel random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random, samplng area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
2. Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.[4]
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1991:135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”
D. Ukuran Sampel
Besarnya jumlah sampel yang harus diambil dari populasi dalam suatu kegiatan penelitian sangat tergantung dari keadaan populasi itu sendiri, semakin homogen keadaan populasinya maka jumlah sampel makin sedikit, sebaliknya semakin heterogen keadaan populasinya maka jumlah sampel semakin besar.[5] Dalam penelitian deskriptif ada yang berpendapat bahwa jumlah sampel minimal 15% atau 20%. Penetapan angka persentase tersebut dapat dipedomani jika populasi benar-benar homogen. Namun bila populasinya sangat heterogen maka perlu dipertimbangkan lagi menggunakan 15% atau 20%.
Penetapan ukuran sampel dari populasi juga dapat menggunakan rumus Slovin, dimana penetapan sampel mempertimbangkan batas ketelitian yang dapat mempengaruhi kesalahan pengambilan sampel populasi. Rumus Slovin tersebt adalah sebagai berikut:

Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan
Penentuan jumlah sampel juga dipegaruhi oleh disain awal sebuah penelitian. Misalnya sebuah penelitian yang menggunakan hipotesis, dimana penetapan taraf signifikansi menerima atau menolak hipotesis akan menentukan jumlah sampel yang akan digunakan. Taraf signifikansi 1% atau alfa 0,01 berbeda jumlah sampelnya jika menggunakan taraf signifikansi 5% atau alfa 0,05 semakin kecil taraf signifikansinya maka jumlah sampel semakin besar. Sebaliknya semakin besar taraf signifikansinya (kesalahan semakin besar) maka sampel semakin kecil. Bila teknik pengambilan sampelnya menggunakan proporsional maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:
n = jumlah sampel minimal
p = proporsisi kelompok pertama
q = proporsisi kelompok kedua = (1-p)
= taraf signifikansi
Z1/2 = nilai z tabel
E. Error Sampling
Error sampling terjadi disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang tidak lengkap tentang populasi dan penelitian hanya dilakukan berdasarkan sampel. Jelas bahwa penelitian terhadap sampel yang diambil dari populasi dan penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua penelitian dilakukan dengan prosedur yang sama, tetapi hasilnya akan berbeda. Perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang akan dicpaai jika prosedur yang sama digunakan dalam sensus (populasi) dinamakan kesalahan sampling (error sampling). Para ahli statistika telah berusaha untuk mengukur dan memepertimbangkan kesalahan ini supaya dapat dikontrol. Adapun cara untuk dpat melakukannya ialah dengan jalan mengambil sampel berdasarkan sampel acak dan memperbesar ukuran sampel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar