Sabtu, 15 Oktober 2011

Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Matematika

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Strategi pembelajaran merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang ada dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara tyang demokratif serta bertanggung jawab.
Undang-undang ini lah yang mendukung adanya strategi pembelajaran matematika untuk dapat diterapkan serta mencapai tujuan pendidikan nasional. Dan strategi itu harus lah memiliki konsep-konsep dasar.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep dasar dalam strategi pembelajaran matematika?
2.      Bagaimana konsep dasar dalam beberapa pembagian strategi pembelajaran?


C.     Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep-konsep dasar dalam strategi pembelajaran matematika.











BAB II
PEMBAHASAN
A.     Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Matematika
Secara etimologi strategi diartikan sebagai ilmu dan seni untuk melakukan suatu pekerjaaan; ilmu dan seni memimpin dalam kondisi yang menguntungkan; rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; tempat yang baik untuk siasat melaksanakan sesuatu. Dari uraian tersebut strategi ini merupakan “ilmu, seni, siasat, kiat, trik”.  Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular education goal.
Ada dua hal penting yang dapat dicermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan suatu garis besar haluan bertindak/rangkaian kegiatan yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya metode dan teknik  yang akan digunakan, pemanfaatan berbagai sumber dalam pembelajaran. Ini berarti strategi ini baru pada tahap pelaksanaan / tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk itu sebelum menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan perlu dirumuskan kompetensi dan indikator yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya. Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, seorang guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan­-kemungkinan strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan-tujuan belajar, baik dalam arti efek instruksional maupun efek pengiring, yang ingin dicapai berdasarkan rumusan tujuan pendidikan yang utuh, di samping penguasaan teknis di dalam mendesain sistem lingkungan belajar-mengajar dan mengimplementasikan secara efektif apa yang telah direncanakan di dalam desain instruksional.karena strategi pembelajaran berbeda dengan desain instruksional.
Strategi dalam pembelajaran secara terminology ialah suatu ilmu dan siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah suatu keadaan pembelajaran kini menjadi keadaan pembelajaran yang diharapkan. Kemp (1995) dalam Wina Sanjaya (2006:124) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran  yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Sulistyono strategi belajar adalah sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru (Trianto: 2007). Untuk mengubah keadaan atau situasi dimaksud Sobel dan Maletsky (2003) menawarkan tiga kiat khusus. Pertama , guru harus mengetahui perlengkapan mereka. Kedua, guru harus mengenal murid yang sedang mereka ajar. Ketiga, guru harus mengetahui bagaimana mengajar secara menarik. Fathurrohman dan Sutikno (2007) menyampaikan juga tentang implikasi strategi pembelajaran pada dasarnya ada empat kegiatan yang harus dilakukan oleh pendidik profesional. Pertama, mengenal karateristik dasar anak didik yang harus dicapai melalui pembelajaran. Kedua, memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan kultur, aspirasi, dan pandangan filosofis masyarakat. Ketiga, memilih dan mmenetapkan prosedur, metode dan teknik mengajar. Keempat,  menetapkan norma-norma atau criteria-kriteria keberhasilan belajar. Sebagai guru (pendidik) yang profesional mesti selalu berusaha keras menyempurnakan keterampilan dalam seni mengajar untuk membekali peserta didiknya dengan matematika yang sesuai dengan matematika kontemporer.
Kebanyakan guru mempunyai “trik” atau “seni” sendiri dalam mengajar, akan tetapi guru yang cermat selalu mencari ide dan teknik baru untuk diterapkan dalam kelas. Lebih lanjut Sobel dan Maletsky (2003) memberikan solusi agar guru memiliki wawasan dan cara tambahan yang akan berguna bagi guru-guru matematika untuk menarik dan memotivasi peserta didik dalam pembelajaran matematika.
1.      Memulai pelajaran dengan cara yang menarik
Memulai pelajaran dengan menarik bisa dilakukan dengan memberi  tantangan. Sebuah pertanyaan yang menantang dapat digunakan sebagai cara yang efektif untuk memulai atau mengakhiri suatu pelajaran. Suatu pertanyaan yang memancing diberikan kemudian murid-murid diberi kesempatan untuk menduga, mendiskusikan maupun berdebat untuk memperoleh jawabannya. Kemudian dengan dituntun oleh guru, metode yang tepat dibahas untuk menjawab pertanyaannya, tentu saja pertanyaannya dirancang sedemikian rupa sehingga jawaban yang diperoleh dengan mengunakan materi dan metode yang sesuai dengan kurikulum dan tingkat pelajaran dan kemampuan siswanya.
Contoh:
a.       Berapa banyak pensil yang diperlukan bila disambungkan untuk menghubungkan kota Sabang dan Merauke? Buat asumsi-asumsi yang akan membantu siswa memperkirakan  jawabannya.
b.      Satu juta uang kertas seribu rupiah disusun memanjang. Berapa panjang susunannya? Apakah sepanjang lapangan bola? Apakah sepanjang sebuah provinsi? Apakah sepanjang wilayah Indonesia? Apakah sekeliling dunia?
c.       Perhatikan ruang kelas kamu sekarang, apakah ruang kelas kamu cukup untk memuat satu juta bola tenis meja tau juga kelereng dll. Untuk ukuran kelas yang normal, dugaan akan berkisar satu juta bola tenis meja atau satu juta uang logam seratus rupiah. Swsudah yterjadi diskusi, murid-murid seharusnya diminta menentukan cara untuk mencari jawaban yang benar. Salah satu cara yang mungkin adalah menggunakan kardus kotak sepatu, atau kotak supermi dan sejienis kotak yang lain. Kemudian gunakan meteran dan perkiraan volume runag kelas. Dengan membandingkan volume ruang kelas dan volume kotak sepatu, muid-murid dapat memperkirakan uang logam atau bola yang bisa dimasukkan kedalam ruang kelas.
2.      Gunakan Topik-topik Sejarah bila perlu
Apabila kita mempelajari metematika dan kita tahu penemu dari topik yang sedang dipelajari, gunakanlah topik-topik sejarah untuk menarik belajar mereka. Buat daftar tanggal lahir metematikawan terkenal dan rayakan hari kelahirannya saat tanggal itu tiba. Seandainya hari kelahirannya tidak diketahui karena kebanyakan yang tahu hanya tahunnya saja, langsung saja pada materi atau topic yang ditemukan misalnya matematikawan muslim yaitu Al-khawarizmi. lahir pada tahun 194 H atau 780 H. Al-khawarizmi justru telah menciptakan dengan baik istilah “Aljabar” atau “Algoritma” beserta konsep yang ada dibelakangnya. Algoritma sendiri merupakan suatu cara untuk menunjukkan perhitungan sistematis atau sistem instruksi langkah demi langkah dalam memecahkan masalah atau pun dalam mencapai tujuan. Algorisme adalah bentuk sistem hitungan nilai sesuai tempatnya yang diawali dari kanan ke kiri mulai dari satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya.
Penemu angka yang kita gunakan sekarang yaitu angka-angka Arab 1,2,3,4,5,6,7,8,9,0. Al-khawarizmi mendemonstrasikan aljabar dengan jelas terhadap metematika posisional dan contoh-contoh persamaan dan juga prinsip-prinsip akar kuadrat dan operasi fundamental lainnya.
Karl Gauss tanggal 30 April metematikawan Jerman (1777-1855). Gaus dapat dengan cepat menulis dengan cepat 1 sampai 100 dan memintanya menghitung jumlahnya. Yaitu 5.050 dengan menghitung di luar kepala dengan mengikuti pola:


1+2+3+……………………………………………+98+99+100
Karena ada 50 pasang bilangan, masing-masing dengan jumlah totalnya adalah 50 x 101 = 5.5050. Sekarang ini kita menggunakan rumus:
3.      Menggunakan Alat Peraga Secara Efektif
Untuk tingkatan SD/MI dan Mts/SMP masih perlu didukung oleh peraga dalam pelajaran metematika agar siswa dapat mengembangkan pembelajarannya. Alat peraga dimaksud adalah alat peraga yang dapat dibuat sendiri oleh guru dalam waktu yang singkat dan murah biayanya. Contoh aktivitas melipat kertas, menara Hanoi, seutaa tali dsb. Tampilkan contoh alat-alat peraga. Selain itu Ceramah, diskusi, bermain peran, LCD, video-tape, karya wisata, penggunaan nara sumber, dan lain-lainnya merupakan metode, teknik dan alat yang menjadi bagian dari perangkat alat dan cara di dalam pelaksanaan sesuatu strategi pembelajaran. Juga harus dicatat bahwa dalam peristiwa pembelajaran, seringkali harus dipergunakan lebih dari satu stra­tegi, karena tujuan-tujuan yang akan dicapai juga biasanya kait-mengait satu dengan yang lain dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang lebih umum.

4.      Sediakan Perlengkapan Untuk Penemuan Oleh Siswa
Temuan terbimbing merupakan suatu metode yang sangat baik untuk melatih keterampilan dan konsep. Menurut Sobel dan Maletsky (2003) dan dari penelitian para ahli lainnya murid yang lamban menerima pelajaran, sebaiknya belajar dengan pendekatan yang ditunjukkan  dan dikatakan oleh gurunya sendiri, yaitu murid sendiri yang menemukan melalui arahan dari gurunya. Jadi jelaslah bahwa teknik penemuan dapat digunakan secara efektif untuk merangsang dan memelihara daya tarik dalam belajar matematika.

5.      Akhiri Pelajaran dengan Sesuatu Yang Istimewa
Mengakhiri pelajaran matematika dengan sesuatu yang istimewa tidak selalu mudah untuk diikuti karena persediaan materi pelajaran yang benar-benar istimewa terbatas. Akan tetapi setelah bertahun- tahun mengajar seorang guru seharusnya dapat mengumpulkan materi pelajaran yang menarik untuk menghilangkan akhir pelajaran dengan cara tradisional: “ Kerjakan pekerjaan rumah anda”. Dengan kurang dari lima menit yang tersisa dari jam pelajaran, saran seperti ini jarang berlaku secara efektif dan jarang ditanggapi secara semangat oleh siswa.
Memperkenalkan suatu topic yang istimewa dibeberapa menit terakhir dari jam pelajaran dapat membuat  murid-muriod menyesali mengapa jam pelajaran segera berakhir. Diharapkan murid-murid meninggalkan kelas dengan memperbincangkan sesuatu yang menyenangkan yang telah terjadi pada pelajaran matematika yang baru saja diikuti dan diharapkan semangat mereka akan terus membara sampai hari-hari berikutnya dan mereka ingin sekali kembali mendapatkan pelajaran metematika untul mendapatkan materi pelajaran yang lebih banyak lagi.
Misalnya melalui:
Mathemagic
Banyak hal yang istimewa dapat dikerjakan dengan menghiasi trik atau pola matematika sederhana. Beberapa contoh akan disajikan dibawah ini,
Contoh 1: seorang murid diminta untuk maju ke depan papan tulis. Dengan guru menghadap ke depan murid-murid, murid yang berada di depan papan tulis diberi perintah-perintah sebagai berikut:
Tuliskan bilanga dengan dua digit yang terletak di antara 50 dan 100. Tambahkan 76 terhadap bilangan itu.coret angka ratusan nya.
Tambahlan angka ratusan yang dicoret terhadap, bilangan dua digit yang tersisa. Kurangi hasilnya dengan bilangan semula.
Berikut ini adalah langkah-langlah yang ditempuh bila murid yang di depan papan tulis: misalnya angka yang di pilih adalah 83.
Bilangan yang dipilih mula-mula adalah  83
Tambahkan dengan 76
Hasilnya 156
Ratusannya dicoret dan tambahkan 159;  59 + 1 = 60
Kurangi hasilnya dari bilangan mula- mula 83 – 60 = 23
Maka hasilnya selalu 23

Contoh 2:  suruh setiap murid di dalam kelas menulis bilangan dengan empat digit, yang masing-masing digitnya berbeda. Kemudian bentuk tiga bilangan siklik yang lain dengan cara memindahkan digit tempat ribuan ke tempat ratusan, puluhan, dan satuan. Sebagai contoh bila bilangan yang ditulis 8234 : 8234 4823 3482 2348
Suruh murid-murid menghitung jumlah keempat bilangan tersebut. ( untuk contoh diatas jumlahnya adalah 18.887)
Jumlahkan angka-angka pada bilangan mula-mula.
(8 + 2 + 3 + 4 = 17)
Bagi jumlah keempat  bilangan dengan jumlah angka-angka pada bilangan mula-mula.
(18.887 : 17 = 1111)
Sungguh menakjubkan, tanpa memperhatikan bilangan mula-mula yang dipilih, hasil akhirnya akan selalu 1111.
Strategi  pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain. Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalaman (experimental). Masing-masing strategi memiliki kelebihan dan kekurangannya.
a.       Strategi pembelajaran langsung,merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru.
b.      Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan.
c.       Strategi Pembelajaran interaktif  menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik.
d.      Strategi Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas.
e.       Strategi Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
Mengetahui pola belajar peserta didik adalah modal bagi seorang guru untuk menentukan strategi pembelajaran. Robert M. Gagne (1979) membedakan pola-pola belajar peserta didik ke dalam delapan tipe, yang tiap tipe merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Delapan tipe belajar dimaksud adalah: 1) signal , (belajar isyarat), 2) stimulus-response learning (belajar stimu­pons), 3) chaining (rantai atau rangkaian), 4) verbal association,(asosiasi verbal), 5) discrimination learning (belajar diskriminasi), 6) concept learning (belajar konsep), 7) rule learning (belajar aturan), problem solving (memecahkan masalah).
B.     Pembagian konsep strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran terbagi atas tujuh strategi. Tiap-tiap strategi memiliki konsep-konsep strategi pembelajaran yang berbeda-beda, yaitu:
a)      Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998)menamkan strategi ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direc instruction), karena dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu, dimana materi pelajaran itu seakan-akan sudah jadi. Oleh karena itu, strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”.
Strategi pembelajaran ekspositori memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1.      Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secar lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini. Oleh karena itu sering orang mengindetikannya dengan ceramah.
2.      Materi pelajaran yang disampaikan biasanya adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3.      Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
b)      Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
            Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Stategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, taitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1.      Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dimana dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi itu sendiri.
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipetanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Denagn demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan mitivator belajar siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan tekhnik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3.      Tujuan dari penggunaan stategi pwembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, strategi inkuiri dapat menolong siswa untuk dapat mengembangkan  disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
c)      Konsep Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Tiga karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain:
1.      SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pekajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.      Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.      Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

d)      Konsep Strategi Pembelajran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
            SPPKB merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reason (1981), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekadar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Menurut Reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan berpiki. Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan; sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori. Berpikir adalah istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga diluar informasi yang didengarkannya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru persoalan yang dihadapi.
            Berdasarkan penjelasan diatas, maka SPPKB bukan hanya sekadar model pembelajran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai fakta, data, atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan.
e)      Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
            Strategi pembelajaran kooperatif atau juga disebut pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
            Empat unsur penting dalam SPK, antara lain:
1.      Adanya peserta dalam kelompok
2.      Adanya aturan kelompok
3.      Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan
4.      Adanya tujuan yang harus dicapai.
      SPK mempunyai dua komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merukan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Strutur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.
f)       Konssep Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
            Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyat sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
            karakteristik yang harus dipahami dari contextual teaching and learning:
1.      CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2.      CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
3.      CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

g)      Konsep Srategi Pembelajaran Afektif
            Strategi pembelajaran afektif diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bukan hanya dimensi kognitif tetapi juga dimensi yang lainnya, yaitu sikap dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa sebagai subjek belajar. Strategi pembelajaran afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Apalagi menyangkut perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah. Dimana kita tidak dapat menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.


                                                                                                                
BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
       Strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran merupakan suatu garis besar haluan bertindak/rangkaian kegiatan yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya metode dan teknik  yang akan digunakan, pemanfaatan berbagai sumber dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
       Strategi dalam pembelajaran secara terminology ialah suatu ilmu dan siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah suatu keadaan pembelajaran kini menjadi keadaan pembelajaran yang diharapkan.
       Trik dan seni dalam mengajar, yaitu: Memulai pelajaran dengan cara yang menarik, gunakan topic-topik sejarah bila perlu, menggunakan alat peraga secara efektif, sediakan perlengkapan untuk penemuan oleh siswa, akhiri pelajaran dengan sesuatu yang istimewa.


B.     SARAN
Diharapkan bagi para pembaca,para pendidik atau pun calon pendidik setelah membaca makalah yang disajikan oleh pemakalah, agar dapat mengambil makna dari makalah ini dan bisa menerapkannya dalam proses belajar mengajar sehari-harinya.


















DAFTAR  PUSTAKA
Hartono,dkk.2008.Paikem.Pekanbaru:Zanafa
Nurhasnawati.2008.Strategi Pengajaran Mikro.Pekanbaru:Suska press
Risnawati.2008.Strategi Pembelajaran Matematika.Pekanbaru:Suska Press
Sanjaya, Wina.2008.Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana
Thamrin, Husni.2009.Pendidikan Dinamika dan Problematika.Pekanbaru:Suska Press














[1] Hartono, Metodologi Penelitian. Zanafa Publishing, Pekanbaru, 2011, hlm.30
[2] Ibid.,hlm.31
[3] Dr.Riduwan,M.B.A., Belajar Mudah Penelitian, ALFABETA, Bandung, 2010, hlm.9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar