BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan dewasa ini dihadapkan pada dilema yang subtansial. Pendidikan dilaksanakan dengan menitik beratkan pada transmisi sains yang tanpa karekter, sehingga proses dehumanisasi dalam proses pembangunan bangsa. Lemahnya dunia pendidikan dalam mempromosikan nilai-nilai luhur bangsa menyebabkan semakin terkikisnya rasa kebanggaan terhadap tanah air, tanggung jawab sosial, bahkan komitmen beragama. Masih banyak praktek pendidikan yang belum memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan segenap potensi agar memiliki kepribadian seutuhnya. Untuk itu gagasan tentang pendidikan islam terpadu menjadi bagian penting dalam penyelesaian masalah pendidikan. Gagasan ini sebenarnya telah banyak dijelaskan dalam perspektif pandangan islam khususnya tentang pengembangan diri manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.
Secara konseptual pendidikan Nasional mendukung gagasan tentang pendidikan terpadu sebagaimana tertuang dalam rumusan tujuan pendidikan Nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan tersebut jelas mengisyaratkan betapa pentingnya keterpaduan dalam mengembangkan kualitas manusia pada semua dimensinya.
Membangun manusia yang cerdas harus bersamaan dengan memantapkan keimanan dan ketaqwaan agar kecerdasan manusia tetap dalam sikap ketundukan dan pengakuan akan keberadaan Tuhan. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan juga harus disertai dengan penamaan budi pekerti luhur agar manusia yang berpengetahuan tetap bersikap rendah hati sehingga terjadi keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani.
Begitu juga dalam pendidikan dan pembelajaran MTK hendaknya tetap dalam menyeimbangkan antara kesehatan jasmani dan rohani. Agar bisa menjadi seorang guru yang mampu dalam bidang MTK dan tidak terlepas dari norma-norma dalam agama.
BAB II
PENGEMBANGAN KECAKAPAN
Sebelum membahas tentang pengembangan kecakapan, sebaiknya kita mengenal dan memahami sedikit tentang MTK itu sendiri. Matematika adalah suatu ilmu pasti yang pola berfikir menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat dan yang menngunakan bahasa simboliks.
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang proses pembelajaran matematika, diantaranya:
1. Kolb (1994) : belajar matematika merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa.
2. Heuvel-Panhuizen dan Verschaffel-De Corte (1977) : pendidikan matematika seharusnya memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali matematika dengan berbuat matematika. Pembelajaran matematika harus mampu memberi siswa situasi masalah yang mempunyai hubungan dengan dunia nyata.
3. Goldi (1992) : pembelajaran matematika harus lebih dibangun oleh siswa dari pada ditanamkan oleh guru. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif bila guru membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajarn bermakna.
4. Atweh, Bleicher dan Cooper (1998) : menyatakan bahwa kelas matematika merupakan suatu tempat dimana guru dan siswa membangun suatu lingkungan interaktif dengan tujuan utama menggalakkan pembelajaran.
Dari uraian tersebut jelas bahwa pembelajaran matematika adalah proses memproleh pengetahuan yang dibangun oleh siswa sendiri dan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika. Artinya mulailah pembelajaran matematika dengan masala-masalah konstektual atau relistik bagi siswa. Pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan realitas kehidupan, dekat dengan alam pikiran siswa dan relevan dengan masyarakat agar mempunyai nilai manusiawi. Dengan demikian pembelajaran matematika sesuai dengan cirri-ciri matematika itu sendiri yaitu adanya alur penalaran yang logis dan memiliki pola pikir deduktif dan konsisten. [1]
Jadi, sejak awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Baik itu permasalahan yang masih memiliki hubungan erat dalam kaitannya dengan ilmu eksak ataupun permasalahan-permasalahan yang bersifat social. Peranan matematika terhadap perkembangan sains dan teknologi sudah jelas, bahkan bisa dikatakan bahwa tanpa matematika sains dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Setelah dijelaskan sedikit tentang matematika, sehingga dapat kami uraikan bagaimana cara pengembangan kecakapan. Mengembangkan sesuatu kelebihan yang kita miliki, bukanlah suatu hal yang mudah. Begitu juga dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran matematika. Ilmu yang kita telah miliki/ketahui merupakan suatu tanggung jawab kita untuk mengembangkannya, atau dengan istilah lain mengajarkan ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Untuk mengembangkan semua itu sangat diperlukan strategi-strategi agar bisa tercapai apa yang diinginkan. Dibawah ini akan diuraikan tentang pengertian dan strategi pengembangan kecakapan.
A. Pengertian Pengembangan Kecakapan
Kecakapan dalam mengajar atau presentasi adalah keterampilan yang dimiliki dengan mensinergiskan fungsi panca indera dan otak kiri sebagai bagian dari kecakapan akademis.Seseorang dikatakan memiliki kecakapan mengajar atau presentasi bila ia mampu tampil menarik, menyampaikan pengetahuan secara efektif dan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta didik. Setiap kali kita mengajar atau melakukan presentasi sesungguhnya kita sedang melakukan kegiatan komunikasi. Setiap kali kita berkomunikasi sesungguhnya kita sedang melakukan transaksi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesuatu/orang lain yang menjadi sasaran dari komunikasi tersebut.[2]
B. Strategi Mengembangkan Kecakapan
Gegne dalam Winkel, (1996:369) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Fase Motivasi
Siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri. Hal ini sangat berperan, karena siswa harus berusaha memeras otaknya sendiri. Karena jika kadar motivasinya lemah, siswa akan cendrung membiarkan permasalahan yang diajukan. Peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan motivasi belajar siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
2. Fase Menaruh Perhatian (attention, alartness)
Siswa memperhatikan unsur-unsur yang releven sehingga terbentuk pola-pola perseptual tertentu. Siswa secara khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin.
3. Fase Pengolahan
Siswa memahami informasi dalam short them memory atau memori jangka pendek dan mengolah informasi untuk diambil maknanya. Dalam hal ini siswa harus menggali ingatan siasat-siasat yang pernah digunakannya, mana yang cocok untuk problem ini. Kalau tidak tersedia siasat dalam ingatan, siswa harus menciptakan siasat baru dan ini membutuhkan pikiran kreatif, paling tidak pikiran terarah.
4. Fase Umpan Balik ( feedback, reinforcement)
Siswa mendapatkan konfirmasi, sejauh prestasinya tepat. Siswa mendapat konfirmasi tentang tepat tidaknya penyelesaian yang ditemukannya, komunikasi ini dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras otak lagi pada lain kesempatan.
Fase-fase tersebut dapat diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan dengan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Gagne, ( 1988) dalam bukunya essential of learning for instruction mengemukakan penyempurnaan rangkaian fase dalam proses belajar siswa yang tersebut diatas, yaitu :
a. Perhatian (attention, alertness), siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari.
b. Menyadari tujuan belajar (motivation, expectancy), siswa sadar akan tujuan intruksional dan bersedia melibatkan diri.
c. Menggali ( retrieval to working memory), siswa mengingat kembali dari ingatan jangka panjang apa yang sudah diketahui/dipahami/dikuasi tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
d. Berprestasi selektif ( selective perception ), siswa mengamti unsur-unsur dalam perangsang yang releven bagi pokok bahasan.
e. Mengolah informasi ( encoding, entry to storage), siswa memberikan makna pada pola perceptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain dengan menghubungkannya dengan informasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka panjang.
f. Menggali informasi ( responding to question or task), siswa membuktikan melalui suatu perestasi kepada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah dikuasai.
g. Mendapatkan umpan balik ( feed back, reinfoncement), siswa mendapat pengetahuan melalui guru kalau prestasinya tepat, mendapat koreksi kalau prestasinya salah.
h. Memantapkan hasil belajar ( frequent retrieval transfer), siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar, siswa mengulang-ngulang kembali.
Ada beberapa pengembangan kecakapan, diantaranya :
1. Pengembangan pola pikir ( kognitif )
Akal adalah karunia Allah SWT. yang besar bagi manusia. Agama islam berisi pedoman bagi manusia yang berakal. Hanya manusia yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi.
Pembinaan pola pikir yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam sebagai penjabaran dari sifat fathonah Rasulullah saw. Pengetahuan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri, orang yang mempunyai kemahiran ini mampu mengontrol dan meyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri. Bagaimana dia memusatkan perhatian, bagaimana dia belajar, bagaimana dia menggali dari ingatan, bagaimana dia menggunakan ilmu pengetahuann yang dimilikinya, khususnya bila menghadapi masalah. [3]
Para psikologi kognitif menaruh banyak perhatian pada berbagai macam persoalan dengan menggunakan kemampuan berfikir secara efisien dan efektif. Sasaran dari belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah sistematisasi arus pikiran sendiri dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri. Dalam psikologi modern sistematisasi dan pengaturan kegiatan mental yang kognitif ini dipandang sebagai suatu proses kontrol.
Berikut ini beberapa masukan bagi guru dalam mengembangkan kecakapan belajar berdasarkan fase belajar yang telah dikemukakan oleh Gagne (1988).
Guru membuat perhatian siswa terpusat pada tugas belajar yang dihadapi . hal itu dapat diusahakan dengan menjelaskan kegunaan materi bahasan, dengan memberikan contoh tentang tujuan yang akan dicapai sehingga siswa mau belajar dan berminat.
Guru mengarahkan perhatian siswa, supaya khusus memperhatikan unsure-unsur pokok dalam pelajaran. Hal ini dapat diusahakan dengan menunjukkan kejadian tertentu dalam suatu demotrasi, dengan menunjukkan pada bagiandalam buku pelajaran yang dicetak misalnya, memberikan uraian pendahuluan dan sebagainya.
Dan yang terakhir, guru harus segera memberikan umpan balik atas prestasi yang ditunjukkan siswa. Guru memberikan umpan balik secepat mungkin setelah usaha pemecahan masalah diselsaikan siswa.
Seorang yang memiliki kemampuan kognitif yang baik, tidak saja menguasai bidangnya, tetapi memiliki dimensi rohani yang kuat. Keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran seorang professional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur.
2. Pengembangan sikap
Afektif, yakni pembinaan sikap mental yang mantap dan matang sebagai penjabaran dari sikap amanah. Indicator dari seseorang yang mempunyai kecerdasan rohaniyah adalah sikapnya yang selalu ingin menampilkan sikap yang ingin dipercaya, menghormati dan dihormati.
Bersikap merupakan wujud keberanian untuk memilih secra sadar. Setelah itu ada kemungkinan untuk ditindaklanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan bernalar. ( Hernowo : 2003).
Mengajarkan sikap lebih pada soal memberikan teladan, bukan pada tataran teoritis. Memang untuk mengajar anak bersikap seorang gur perlu memberikan pengetahuan sebagai landasan. Tetapi proses pemberian pengetahuan ini harus ditindaklanjuti dengan contoh.
Terdapat proses yang terjadi pada seseorang untuk memunculkan sikap yang positif maupun negative, di antaranya :
a. Proses pengkondisian
Dalam proses belajar mengajar disekolah siswa dapat memperoleh sikap-sikap positif maupun negatif, meskipun siswa dan guru tidak menyadarinya. Suasana sekolah yang kondusif, proses pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan, pencitraan yang baik terhadap mata pelajaran melahirkan perasaan senag siswa terhadap guru dan bahkan perasaan senag tersebut dapat dipindahkan ke mata pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut. Bahkan juga bisa sebaliknya.
Secara kongkrit proses pengkondisian stas sikap siswa disekolah dapat dimanipulasi juga oleh guru misalnya, bila siswa memperoleh prestasi, ia mungkin diperbolehkan untuk melakukan sesuatu yang lain yang disukainya, atau memberikan hadiah berupa buku dan sebagainya, atau pujian dengan bahasa yang tepat dan sopan.
b. Belajar dari model
Pertunjukan tingkah laku tertentu yang dimunculkan oleh seorang yang dihormati, dan dikagumi, dan dipercayai oleh anak, senantiasa akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Anak yang menyaksikan tingkah laku tersebut akan cendrung menirunya dan berbuat yang sama. Anak semakin cendrung untuk berbuat yang sama, manakala model tersebut sekaligus mendapatkan umpan balik dari orang ketiga yang memuji tindakkan itu.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diperkirakan peranan dan wujud beberapa fase dalam pembelajaran sikap atau tekanan yang harus diberikan pada hal-hal tertentu, yaitu pemotivasian, pengkosentrasian, dan pengolahan.
3. Pengembangan psikomotor
Sesungguhnya memberi pengalaman praktis memberi masukan wawasan dan ilmu pengetahuan. Ketika anak mulaia tumbuh dan mampu memfungsikan kedua tangannya untuk melakukan banyak hal, ketika itu pula akalnya mulai terbuka untuk bekerja.
Untuk mampu memberikan manfaat kepada orang lain tentulah harus mempunyai kemapuan/kompetensi dan keterampilan. Hal inilah yang harus menjadi perhatian semua kalangan baik itu pendidik, orang tua maupun lingkungan sekitarnya agar proses pembelajaran diarahkan pada proses pembentukan kompetensi agar siswa kelak dapat memberi manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dan bukan sebaliknya menjadi beban dan tanggungan orang lain.
C. Manfaat Kecakapan
1. Kecakapan personal yang diperoleh siswa dapat menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri dan kemandirian
2. Kecakapan akedemis yang diperoleh siswa dapat membantu siswa dalam memecahkan masaalh yang dihadapinya dalam pembelajaran matematika.
3. Kecakapan social yang diperoleh siswa dapat membantu dalam mengadakan hubungan social antara siswa terhadap tugas yang diberikan kepada siswa.
4. Kecakapan vocasional yang diperoleh penting bagi siswa dalam memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam proses belajar.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Kecakapan dalam mengajar atau presentasi adalah keterampilan yang dimiliki dengan mensinergiskan fungsi panca indera dan otak kiri sebagai bagian dari kecakapan akademis.Seseorang dikatakan memiliki kecakapan mengajar atau presentasi bila ia mampu tampil menarik, menyampaikan pengetahuan secara efektif dan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta didik. Setiap kali kita mengajar atau melakukan presentasi sesungguhnya kita sedang melakukan kegiatan komunikasi. Setiap kali kita berkomunikasi sesungguhnya kita sedang melakukan transaksi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesuatu/orang lain yang menjadi sasaran dari komunikasi tersebut.
Ada beberapa manfaat dari kecakapan,yaitu kecakapan personal yang diperoleh siswa dapat menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri dan kemandirian, kecakapan akedemis yang diperoleh siswa dapat membantu siswa dalam memecahkan masaalh yang dihadapinya dalam pembelajaran matematika. kecakapan social yang diperoleh siswa dapat membantu dalam mengadakan hubungan social antara siswa terhadap tugas yang diberikan kepada siswa, kecakapan vocasional yang diperoleh penting bagi siswa dalam memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul.2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDA KARYA
Hakim, Lukman. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV WACANA PRIMA
Risnawati. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Pekanbaru: Suska Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar